Diperkirakan 806 Balita di Pariaman alami Kelambanan Pertumbuhan - Go Asianews

Breaking


Monday, November 12, 2018

Diperkirakan 806 Balita di Pariaman alami Kelambanan Pertumbuhan


Goasianews.com
Pariaman (SUMBAR) - Stunting atau lebih dikenal dengan istilah cebol atau pendek adalah kondisi terjadi pada anak dan ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dengan anak lainnya pada rentang umur yang sama. 

Pengukuran kondisi stunting pada umumnya menggunakan kurva CDC dan ditandai tinggi badan menurut umur berada dibawah persenti 3. Banyak yang tak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah pertumbuhan si kecil. Apalagi, jika stunting dialami oleh anak yang masih di bawah usia 2 tahun.

Berdasarkan penimbangan bayi usia di bawah lima tahun (balita) pada September 2018 di Kota Pariaman, diperoleh dugaan bahwa sebanyak 806 balita mengalami gangguan berupa kelambanan pertumbuhan (stunting). Kondisi tersebut butuh penanganan cepat dan tepat karena akan berdampak pada terganggunya perkembangan kecerdasan dan kerentanan anak terhadap penyakit.

Sebagaimana dikutib dari Haluan, Informasi itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pariaman Bakhtiar pada Minggu (11/11). Pihaknya telah melakukan penimbangan terhadap 6.559 balita di Kota Tabuik, dengan hasil 12,03 persen (806 orang) di antaranya teridentifikasi pendek dan sangat pendek.

“Jumlah balita stunting itu ada di empat kecamatan, di Kecamatan Pariaman Timur sebanyak 117 balita (1.78 persen), di Pariaman Tengah sebanyak 415 balita (6,33 persen), di Pariaman Selatan sebanyak 95 balita (1.45 persen), dan di Kecamatan Pariaman Utara sebanyak 179 balita (2.73 persen),” kata Bakhtiar.

Terkait besarnya angkat tersebut, Wali Kota (Wako) Pariaman, Genius Umar meminta secara tegas dinas dan pihak terkait untuk memberikan penanganan secara cepat dan tepat sehingga Kota Pariaman lekas lepas dari persoalan tersebut. Hal itu ia sampaikan dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Kesehatan Daerah Kota Pariaman 2018 di Balairung Rumah Dinas Wako Pariaman, Kamis, 8 November 2018.

“Pembangunan kesehatan merupakan investasi utama bagi pembangunan sumber daya manusia. Untuk itu diharapkan kesadaran, kemauan, serta kemampuan setiap orang untuk dapat berperilaku hidup sehat, guna mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Masalah balita stunting yang dibiarkan itu akan berdampak kepada menurunnya tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunnya produktifitas, hingga menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan ketimpangan,” kata Genius.

Oleh karena itu, sebutnya lagi, peran serta lintas sektor dalam menurunkan stunting di Kota Pariaman menjadi sebuah keharusan. “Semua harus bergerak memecahkan persoalan yang terjadi. Jangan menunggu,” katanya dalam rakor yang diikuti 150 peserta yang terdiri dari kepala OPD, unsur legislatif, tim PKK, kepala kantor/bagian, Direksi RSUD Pariaman, Direksi RSUD dr. Sadikin, Kepala Puskesmas, Kepala UPTD, serta kepala desa/lurah se-Pariaman.


2013: 4 dari 10 Anak Stunting

Stunting sudah mulai familiar di tengah masyarakat. Menteri Kesehatan RI, Nila F. Moeloek, saat menghadiri long march kampanye pencegahan stunting itu penting di Bundaran Hotel Indonesia, Minggu (16/9) mengambil kesimpulan bahwa masyarakat memahami stunting sebagai gejala kerdil yang diderita oleh anak.

Nila Moeloek mengatakan, stunting adalah gagalnya pertumbuhan. “Kerdil badan karena kekurangan gizi kronis, ini mengakibatkan otaknya juga kerdil. Artinya anak-anak itu jadi kurang pandai,” ujar Menkes Nila Moeloek, sebelum memberangkatkan ribuan peserta long march bersama Kepala Staf Presiden, Jend. TNI (Purn) Moeldoko, dan Deputi Bidang Kordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK, Sigit Priohutomo, sebagaimana dilansir dari Liputan6.com.

Dalam kesempatan itu, Menkes menegaskan bahwa Indonesia harus bebas dari generasi stunting. Itu sebabnya pencegahan stunting menjadi upaya yang sangat penting. “Indonesia itu tanahnya subur, maka generasinya harus sehat, jangan stunting,” ucapnya lagi.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), diketahui bahwa 4 dari 10 anak (37,2%) mengalami stunting. Nila Moeloek juga berpesan kepada para orang tua, serta remaja selaku calon orang tua agar memahami bagaimana cara mencegah stunting, utamanya melalui perbaikan pola makan, pola pengasuhan, juga dengan memerhatikan kebersihan. “Kalau tidak mau anak-anak stunting, kalau kasih makan anak-anak utamakan (sumber protein) untuk anak-anak dan ibu hamil dulu ya,” kata Nila lagi.

Selain itu, Menkes mengingatkan secara khusus bagi para ibu hamil, agar senantiasa menjaga kehamilan. Salah satu caranya dengan mencukupi kebutuhan gizi anak sejak 1000 hari pertama kehidupan. “Sejak janin tumbuh dalam kandungan (270 hari) hingga usia dua tahun kehidupan (730 hari), dengan ASI Eksklusif, makanan pendamping ASI,” ujarnya.

Masyarakat juga diharapkan untuk senantiasa menerapkan pola hidup sehat dengan rajin berolahraga, perbanyak makan sayur dan buah, dan cek kesehatan secara berkala. 

# deni/ h/tri

No comments:

Post a Comment

Selamat datang di www.goasianews.com, Terima kasih telah berkunjung.. Semoga anda senang! Tertanda Pemred:
-->